Setiap rumah sakit punya misi mulia: menyembuhkan, melayani, dan memberi harapan. Namun di balik gedung yang megah dan layanan yang sibuk, ada satu “pasien” yang sering terabaikan yaitu keuangan rumah sakit itu sendiri.
Tidak sedikit rumah sakit di Indonesia yang menghadapi tekanan berat: pendapatan tidak seimbang dengan biaya operasional, piutang menumpuk, dan arus kas yang terus seret karena pembayaran klaim dari BPJS atau asuransi yang tertunda. Pelan tapi pasti, kondisi ini bisa membuat rumah sakit yang dulunya sehat berubah menjadi rapuh.
Tapi kabar baiknya ada cara untuk menyelamatkan dan menyehatkan kembali rumah sakit, yaitu melalui asesmen keuangan menyeluruh, atau yang biasa disebut financial turnaround assessment.
Apa Itu Asesmen Keuangan Rumah Sakit?
Bayangkan dokter melakukan pemeriksaan lengkap sebelum memberikan terapi kepada pasien. Begitu juga dengan asesmen keuangan. Ini adalah “medical check-up” untuk keuangan rumah sakit yaitu proses menelusuri laporan keuangan, alur kas, efisiensi operasional, dan membandingkannya dengan standar industri.
Tujuannya sederhana, yaitu menemukan akar masalah finansial dan merancang strategi penyembuhannya secara sistematis.
Tahapan Asesmen: Dari Diagnosis ke Rencana Pemulihan
1. Membaca “Nadi” Keuangan Rumah Sakit
Langkah pertama adalah membedah laporan keuangan tiga tahun terakhir — neraca, laba rugi, dan arus kas.
Dari sini bisa terlihat tanda-tanda vital:
- Apakah aset rumah sakit produktif?
- Apakah pendapatan tumbuh atau justru menurun?
- Apakah biaya pegawai dan operasional terlalu tinggi?
Data ini membantu memahami “denyut nadi” finansial rumah sakit secara nyata.
2. Mengukur Kesehatan Lewat Rasio Keuangan
Seperti dokter mengukur tekanan darah dan kadar gula, rumah sakit juga punya indikator kesehatannya sendiri melalui rasio keuangan.
| Aspek | Indikator | Standar Sehat Industri |
|---|---|---|
| Likuiditas | Current Ratio ≥ 1,5x | Menandakan RS mampu membayar kewajiban jangka pendek. |
| Profitabilitas | Net Profit Margin 3–8% | RS efisien dalam menghasilkan laba dari pendapatan. |
| Efisiensi | Beban Operasional < 85% Pendapatan | RS tidak boros dalam operasional. |
| Solvabilitas | Debt to Equity ≤ 2x | Struktur keuangan masih aman dari tekanan utang. |
Dari hasil analisis ini, kita bisa tahu apakah rumah sakit “sehat”, “lemah”, atau sudah masuk kategori “kritis” dari sisi keuangan.
3. Menelusuri Aliran Kas dan Piutang
Salah satu sumber masalah paling sering adalah arus kas yang tersendat.
Bayangkan pasien sudah sembuh, tapi “tagihan” dari layanan itu baru dibayar tiga bulan kemudian.
Inilah kenyataan yang dialami banyak rumah sakit — terutama terkait pembayaran BPJS dan asuransi.
Melalui analisis konversi kas, seperti:
- Days Sales Outstanding (DSO) berapa hari tagihan dibayar,
- Cash Conversion Cycle (CCC) berapa lama uang berputar dari pelayanan ke kas,
manajemen dapat mengetahui seberapa efisien sistem keuangannya bekerja.
Semakin pendek siklusnya, semakin sehat keuangan rumah sakit.
4. Benchmarking: Melihat Cermin Industri
Langkah selanjutnya adalah membandingkan performa rumah sakit dengan “teman sekelasnya” yaitu rumah sakit dengan tipe dan ukuran yang sama.
Apakah BOR (Bed Occupancy Rate) sudah ideal?
Bagaimana rasio gaji terhadap pendapatan dibandingkan RS lain?
Apakah margin masih kompetitif?
Benchmarking ini penting agar manajemen tahu apakah masalahnya internal, atau memang tantangan eksternal yang harus disiasati bersama.
Dari Analisis Menuju Aksi, yaitu Strategi Turnaround
Setelah diagnosis lengkap, tahap selanjutnya adalah rencana pemulihan — atau financial turnaround plan.
Beberapa strategi yang biasa disarankan antara lain:
- Menata ulang biaya dan struktur SDM tanpa mengorbankan mutu pelayanan.
- Mengoptimalkan mix pasien antara BPJS dan pasien umum agar pendapatan lebih seimbang.
- Mempercepat penagihan klaim dengan digitalisasi billing dan sistem keuangan.
- Mengendalikan biaya tetap seperti energi, logistik, dan kontrak vendor.
- Menambah sumber pendapatan baru, seperti layanan laboratorium mandiri, telemedicine, atau klinik korporat.
Strategi ini disusun berdasarkan data nyata, bukan sekadar asumsi, sehingga hasilnya bisa diukur dan dievaluasi secara periodik.
Sehat Bukan Hanya Soal Pasien, Tapi Juga Keuangan
Rumah sakit yang baik bukan hanya yang mampu menyembuhkan pasien,
tetapi juga mampu menjaga kesehatannya sendiri secara finansial.
Dengan asesmen keuangan yang komprehensif, manajemen rumah sakit bisa memahami kondisi sebenarnya, memperbaiki struktur biaya, memperkuat arus kas, dan menyiapkan masa depan yang lebih stabil.
Karena pada akhirnya, rumah sakit yang sehat secara keuangan akan mampu terus menebar manfaat dan pelayanan bagi lebih banyak jiwa.
Ingin Rumah Sakit Anda Lebih Sehat Secara Finansial?
Tim kami berpengalaman melakukan kajian keuangan dan strategi turnaround rumah sakit di berbagai daerah di Indonesia.
Hubungi kami untuk diskusi awal tanpa biaya karena langkah pertama menuju perubahan besar, dimulai dari satu keputusan kecil yang tepat. Hubungi 0812 8122 9988 untuk informasi lebih lanjut.


